RIP (Rest in Peace) My Grandpa

RIPBadai kehidupan telah kau lalui, gemuruh rumah tangga telah kau akhiri, perihnya kerja, jatuh bangun, banting tulang telah kau lakukan demi menghidupi orang-orang terkasihmu. Pekikan, tangisan bayi, silih berganti mengiang-ngiang di telingamu pun telah kau dengarkan, balita, remaja, dewasa, menikah dengan setia kau melihat n mendampinginya.

Anak-anakmu telah bertebaran diseantero negeri, Anak-anakmu telah berhasil kau sejahterakan mereka, Anak-anakmu telah berhasil kau nafkahi mereka, Anak-anakmu telah berhasil kau sekolahkan mereka.

Kini anak-anakmu telah besar, pun telah memiliki pekerjaan, pun telah memberikan cucu-cucu cantik, tampan dan mereka menghormatimu, menciumi tanganmu, meminta doa keselamatan ketika kami berkunjung ke rumah reokmu. Continue reading

Biduk Kecilku

BidukTo My Princess

Semua logistik telah kupersiapkan yang akan mengisi biduk kecilku, makanan, lentera kecil, Joran, kail, umpat ulat tanah, kompor kecil, periuk peot, wajan hitam, sude, piring, sendok, garpu n pisau.

Menjelang malam kuputuskan untuk berangkat, menuju pelabuhan impian di negeri para dewi-dewi bersemayam, menghiasi diri menyambut para pangeran dari raja-raja langit yang akan membawanya pergi. Akupun ingin menjadi bak raja-raja langit yang akan membawamu pergi ke istana kecilku khusus kubuat untuk kita berdua. Continue reading

Surat Cinta buat Kekasih

Couple Walking Arm and ArmPria sejati itu, punya prinsip hidup, tidak mudah goyah hanya karena satu challenges

Pria sejati itu, punya target dalam setiap langkah yang diambil dalam kehidupannya, tidak pernah meleset, karena rencana satu tidak berhasil beralih kerencana lain

Pria sejati itu, mempunyai ambisi yang kuat untuk mewujudkan impian besarnya, mengabdi bagi dirinya, keluarganya n masyarakatnya

Pria sejati itu, tahu bahwa tanggung jawab rumah tangga, 100% dibebankan padanya, sehingga tidak ada kata pasrah, melempen dalam kerja untuk mendapatkan uang yang besar, layak n halal bagi anak2nya. Continue reading

Idealisme Yang Mati Suri

Guratan – guratan di wajah mu yang dulu samar-samar  perlahan-lahan kian tampak

Kau sekarang seolah kehilangan aura yang dulu terpancar diwajah itu

Aura bara api perjuangan, sama seperti cermin bara api perjuangan para pejuang revolusi

Di kala bangsa ini di jajah oleh belanda

Ingin rasanya ku terus duduk di depan mu berjam-jam menghabiskan waktuku

Demi mendengarkan cerita-cerita kepahlawanan dan idealisme yang ingin kau perjuangkan

Waktu itu ingin rasanya ku menjadi seperti kau menyemangati orang-orang

Untuk bergerak bersama mewujudkan idealisme mu itu

Tapi maafkan aku, aku ditarik oleh sekelompok orang yang tidak aku percayai sebagaimana percayanya aku kepadamu

Aku tertawan pada waktu itu

Tapi kini aku sadar, ditawanan itu, aku telah menemukan, melihat garis perjuangan baru

Yang dengan berada disitu kita lebih mudah berkonsolidasi, mengajak kawan-kawan lain

Untuk berjuang lebih praktis, lebih bertenaga, lebih punya daya ledak ketimbang bayang-bayang yang sering kau ceritakan itu

Dengan berada disitu pula aku bisa menafkahi minimal diriku sendiri, dan menolong orang-orang lebih banyak

Itu lah dunia nyata kawan.

Sudah lama semenjak terakhir kita bertemu di kampus pelangi itu

Kini ketika ku kembali kesitu ternyata kau masih disana

Tampang mu pun sudah kurus, tirus, tak terawat

Memang kau disitu bak seorang raja yang disapa dan dihormati oleh yunior-yunior mu

Apakah kau ingin terus begitu?

Tidak sadarkah bahwa penghormatan itu adalah cacian halus mereka kepadamu

Cacian bahwa kau adalah orang yang terlalu lama terjebak  dalam bayang-bayang kampus

Pernahkah kau memikirkan mereka-mereka, keluarga, sanak saudaramu

Yang memberikan harapan besar kepadamu

Yang kelak menjadi penyelamat mereka

Memberi kebanggaan pada mereka

Raihlah tanganku, mari kita sama-sama berjuang

Aku membutuhkan semangat mengelegar mu dulu

Yang aku akui ku tidak punya sebaik dirimu

Untuk membantuku meneruskan garis perjuangan kita dulu

Bangkitlah kawan?